About

Minggu, 13 Maret 2016

Cerpen Remaja



Cukup Balas Dengan Doa
Jarum jam terus berputar. Mengiringi tidur Liana. Beribu mimpi ingin ia tuangkan didalam lelap tidurnya malam ini. Tidak terasa waktu subuh telah tiba. Liana tidak pernah dibangunkan oleh ibu, ayah, ataupun kakaknya. Ia juga tidak pernah memakai bantuan jam alarm. Tapi yang membangunkannya adalah hembusan angin pagi yang sejuk dari celah kaca jendela kamarnya yang berselambu biru itu, serta merduanya lantunan suara adzan dari masjid-masjid dan mushola di dekat rumahnya..
Ketika ia mendengar itu, ia tidak pernah bermalas-malasan. Ia langsung bergegas bangun, melipat selimut dan merapikan tempat tidurnya, dan kemudian keluar kamar tidur menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
“Alhamdulillah ya Allah, Engkau masih memberikan kesempatan padaku untuk bernafas hari ini, dan menikmati indahnya pagi-Mu”. Ucap Liana penuh syukur. Tiba-tiba muncul ibu di depannya.
“Kamu sudah bangun, Nak?”. Tanya ibunya.
“Sudah kok, Bu” jawabnya.
Tak lama setelah itu keluarga kecil inipun segera menunaikan sholat secara berjama’ah seperti biasa. Hari yang indah ini mereka mulai dengan menunaikan kewajibannya. Mereka meyakini, Allah akan dekat pada orang yang mendekati-Nya. Keyakinan ini yang membuat mereka ingin selau dengan dengan Allah.
            Matahari mulai menampakkan sinarnya. Seperti biasa pula, Liana kembali menjalankan rutinitasnya untuk pergi ke sekolah. Mandi, memakai seragam, dan sarapan adalah hal biasa yang dilakukan anak-anak usia SMK.
Tapi ada kebiasaan lain yang dimiliki oleh Liana. Sebelum ia berangkat sekolah, ia selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Qur’an walau hanya satu halaman. Semua perbuatan baik yang ia lakukan ini bukan untuk mendapatkan pujian dari orang lain maupun orang tuanya. Namun semua ini dia lakukan karena ingin mewujudkan rasa syukurnya kepada Allah SWT,  kata Liana yang pernah ia ucapkan pada ibunya beberapa waktu lalu.
            “Alhamdulillah, masih pagi sudah dapat empat halaman. Semoga ini menjadi berkahku hari ini ya Allah. Semoga hafalanku juga bertambah dan sebagai wujud rasa syukurku hari ini”. Gumamnya dalam hati.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 06.30, Liana memanggil kakaknya untuk segera mengantarkannya sekolah. Bukan karena dia anak manja. Tapi jarak rumah ke sekolah yang cukup jauh. Terlalu berat jika ia harus berjalan. Lagi pula temannya semua ke sekolah naik sepeda, sementara Liana tidak memiliki sepeda seperti kawan-kawannya.
“Kak, ayo dong buruan antar aku. Keburu siang nanti”. Ucap Liana.
Kak Via tanpa menjawab langsung mengeluarkan sepeda motor dari utara rumah untuk mengantar adiknya tercinta ke sekolah. Dimana motor itu juga dibeli dengan keringatnya sendiri ketika dia masih bekerja dulu. Di saat yang bersamaan pula, ayahnya juga berangkat kerja untuk biaya hidup keluarga termasuk biaya sekolah Liana. Liana tidak berangkat sekalian sama ayahnya, karena jalannya tidak satu jalur. Liana tidak ingin menyusahkan ayahnya.
Selain itu kak Via dengan senang hati mengantar dan menjemput adiknya sekolah walau harus dia lakukan setiap hari. Kebetulan kak Via sudah berhenti bekerja sejak 1 bulan yang lalu. Memilih membantu ibunya di rumah yang bekerja sebagai pembuat jajanan pasar. Kak Via jugalah yang menitipkan jajanan pasar tersebut di sekitar rumahnya dan kantin di sekolah Liana.
Setalah menempuh perjalanan sekitar 10 menit, Liana sampai di sekolahnya tercintanya. Ia bertemu kembali dengan kawan-kawan yang sangat baik padanya. Tak heran apabila Liana ini memiliki banyak kawan di sekolahnya karena sifat ramah dan baik yang ia miliki. Liana anak yang rajin belajar, ia selalu mendapatkan peringkat 1 di kelasnya setiap semester. Mungkin ini juga yang membuat Liana mempunyai banyak kawan .
            “Selamat pagi, Liana”. Sapa kawan-kawannya.
“Pagi juga, Kawan”. Jawab Liana dengan wajah semangatnya hari ini.
“Lho, kok pada nulis? Lagi nulis apa?”. Lanjutnya.
“Kan waktu itu matematika ada PR yang sulit sekali. Kamu apa sudah selesai?”. Tanya Sinta, salah satu kawannya.
Liana dengan sikap rendah hatinya menjawab,
 “Alhamdulillah, saya sudah selesai kok”.
“Wah, hebat kamu. Padahal ini kan sulit sekali. Bagaimana kamu bisa?”. Tanya Krista kawan Liana yang lainnya.
“Alhamdulillah. Aku berusaha mensyukuri apapun yang dihadapkan kepadaku kawan. Itu memang sulit, tapi jangan katakan sulit. Jika kita benar-benar mau berusaha insya Allah semua menjadi mudah kok”. Terang Liana.
            Di tempat Liana sekolah juga sama dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Ada kawan yang menyukai Liana, ada pula yang membenci Liana.Ya begitulah bagaikan langit dan bumi. Sinta dan Krista adalah teman dekat Liana. Mereka sangat baik pada Liana. Begitu juga Liana. Ia juga baik dan sangat menyayangi Sinta dan Krista.
Di sisi lain ada anak yang bernama Dewi. Dewi sangat membenci Liana. Dia tidak pernah menyukai kehadiran Liana di hadapannya. Karena ia menganggap Liana sok hebat dan sok pintar. Padahal tidak. Liana adalah gadis yang sangat baik hati. Mungkin sikap Dewi adalah sebagian dari pelampiasan rasa irinya pada Liana.
“Ah, Liana. Tolong dong, jangan sok hebat seperti itu?”. Ucap Dewi dengan nada meledek.
 “Astagfirullah Dewi, apa yang kamu katakan itu?”. Liana tidak mengerti apa yang di ucapkan kawannya. Namun Dewi tidak menjawab pertanyaan Liana. Dewi langsung meninggalkan Liana begitu saja. Tanpa ada sedikitpun rasa bersalah. Dan Liana sudah biasa menghadapi hal seperti ini.
            Namun dalam batin Liana tetap timbul perasaan tidak enak. Mengapa kawannya sendiri seperti itu.
“Aku berbuat apa padanya?” Pikirnya.
Ia bertanya pada Sinta, “Dewi kenapa ya, Sin”. Gumamnya
“Sudahlah jangan kamu pikirkan. Yang penting kamu tidak membuat masalah dengannya. Dia memang orangnya seperti itu. Biarkan saja. Abaikan saja”. Jawab Sinta
            Namun Liana tetap belum bisa tenang mendengar ucapan Sinta, kawannya itu.
“Ya Allah, berikan lindungan-Mu kepadaku. Bantu aku untuk mengubah sikap dewi menjadi yang lebih baik. Hindarkan mulut ini dari perkataan yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Biarkan kata-kata Dewi tadi menjadi penguat imanku terhadap-Mu”. Do’anya dalam hati.  (Oleh : Mamik Apriliana)



 
“ Kita tidak mungkin menghilangkan kebiasaan buruk. Tanpa mengganti dengan kebiasaan baik . Kesabaran adalah tanda bahwa engkau percaya Allah sedang menyusun kebaikan padamu “
(Oleh : Mamik Apriliana)

1 komentar: