Cukup Balas Dengan Doa
Jarum
jam terus berputar. Mengiringi tidur Liana. Beribu mimpi ingin ia tuangkan
didalam lelap tidurnya malam ini. Tidak terasa waktu subuh telah tiba. Liana
tidak pernah dibangunkan oleh ibu, ayah, ataupun kakaknya. Ia juga tidak pernah
memakai bantuan jam alarm. Tapi yang membangunkannya adalah hembusan angin pagi
yang sejuk dari celah kaca jendela kamarnya yang berselambu biru itu, serta
merduanya lantunan suara adzan dari masjid-masjid dan mushola di dekat
rumahnya..
Ketika
ia mendengar itu, ia tidak pernah bermalas-malasan. Ia langsung bergegas
bangun, melipat selimut dan merapikan tempat tidurnya, dan kemudian keluar
kamar tidur menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
“Alhamdulillah
ya Allah, Engkau masih memberikan kesempatan padaku untuk bernafas hari ini,
dan menikmati indahnya pagi-Mu”. Ucap Liana penuh syukur. Tiba-tiba muncul ibu
di depannya.
“Kamu
sudah bangun, Nak?”. Tanya ibunya.
“Sudah
kok, Bu” jawabnya.
Tak
lama setelah itu keluarga kecil inipun segera menunaikan sholat secara
berjama’ah seperti biasa. Hari yang indah ini mereka mulai dengan menunaikan
kewajibannya. Mereka meyakini, Allah akan dekat pada orang yang mendekati-Nya.
Keyakinan ini yang membuat mereka ingin selau dengan dengan Allah.
Matahari mulai menampakkan sinarnya.
Seperti biasa pula, Liana kembali menjalankan rutinitasnya untuk pergi ke
sekolah. Mandi, memakai seragam, dan sarapan adalah hal biasa yang dilakukan
anak-anak usia SMK.
Tapi
ada kebiasaan lain yang dimiliki oleh Liana. Sebelum ia berangkat sekolah, ia
selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Qur’an walau hanya satu halaman.
Semua perbuatan baik yang ia lakukan ini bukan untuk mendapatkan pujian dari
orang lain maupun orang tuanya. Namun semua ini dia lakukan karena ingin
mewujudkan rasa syukurnya kepada Allah SWT,
kata Liana yang pernah ia ucapkan pada ibunya beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah, masih pagi sudah
dapat empat halaman. Semoga ini menjadi berkahku hari ini ya Allah. Semoga
hafalanku juga bertambah dan sebagai wujud rasa syukurku hari ini”. Gumamnya
dalam hati.
Jarum
jam telah menunjukkan pukul 06.30, Liana memanggil kakaknya untuk segera
mengantarkannya sekolah. Bukan karena dia anak manja. Tapi jarak rumah ke
sekolah yang cukup jauh. Terlalu berat jika ia harus berjalan. Lagi pula
temannya semua ke sekolah naik sepeda, sementara Liana tidak memiliki sepeda
seperti kawan-kawannya.
“Kak,
ayo dong buruan antar aku. Keburu siang nanti”. Ucap Liana.
Kak
Via tanpa menjawab langsung mengeluarkan sepeda motor dari utara rumah untuk
mengantar adiknya tercinta ke sekolah. Dimana motor itu juga dibeli dengan
keringatnya sendiri ketika dia masih bekerja dulu. Di saat yang bersamaan pula,
ayahnya juga berangkat kerja untuk biaya hidup keluarga termasuk biaya sekolah
Liana. Liana tidak berangkat sekalian sama ayahnya, karena jalannya tidak satu
jalur. Liana tidak ingin menyusahkan ayahnya.
Selain
itu kak Via dengan senang hati mengantar dan menjemput adiknya sekolah walau
harus dia lakukan setiap hari. Kebetulan kak Via sudah berhenti bekerja sejak 1
bulan yang lalu. Memilih membantu ibunya di rumah yang bekerja sebagai pembuat
jajanan pasar. Kak Via jugalah yang menitipkan jajanan pasar tersebut di
sekitar rumahnya dan kantin di sekolah Liana.
Setalah
menempuh perjalanan sekitar 10 menit, Liana sampai di sekolahnya tercintanya.
Ia bertemu kembali dengan kawan-kawan yang sangat baik padanya. Tak heran
apabila Liana ini memiliki banyak kawan di sekolahnya karena sifat ramah dan
baik yang ia miliki. Liana anak yang rajin belajar, ia selalu mendapatkan
peringkat 1 di kelasnya setiap semester. Mungkin ini juga yang membuat Liana
mempunyai banyak kawan .
“Selamat pagi, Liana”. Sapa
kawan-kawannya.
“Pagi
juga, Kawan”. Jawab Liana dengan wajah semangatnya hari ini.
“Lho,
kok pada nulis? Lagi nulis apa?”. Lanjutnya.
“Kan
waktu itu matematika ada PR yang sulit sekali. Kamu apa sudah selesai?”. Tanya
Sinta, salah satu kawannya.
Liana
dengan sikap rendah hatinya menjawab,
“Alhamdulillah, saya sudah selesai kok”.
“Wah,
hebat kamu. Padahal ini kan sulit sekali. Bagaimana kamu bisa?”. Tanya Krista
kawan Liana yang lainnya.
“Alhamdulillah.
Aku berusaha mensyukuri apapun yang dihadapkan kepadaku kawan. Itu memang
sulit, tapi jangan katakan sulit. Jika kita benar-benar mau berusaha insya
Allah semua menjadi mudah kok”. Terang Liana.
Di tempat Liana sekolah juga sama
dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Ada kawan yang menyukai Liana, ada pula
yang membenci Liana.Ya begitulah bagaikan langit dan bumi. Sinta dan Krista
adalah teman dekat Liana. Mereka sangat baik pada Liana. Begitu juga Liana. Ia
juga baik dan sangat menyayangi Sinta dan Krista.
Di
sisi lain ada anak yang bernama Dewi. Dewi sangat membenci Liana. Dia tidak
pernah menyukai kehadiran Liana di hadapannya. Karena ia menganggap Liana sok
hebat dan sok pintar. Padahal tidak. Liana adalah gadis yang sangat baik hati.
Mungkin sikap Dewi adalah sebagian dari pelampiasan rasa irinya pada Liana.
“Ah,
Liana. Tolong dong, jangan sok hebat seperti itu?”. Ucap Dewi dengan nada meledek.
“Astagfirullah Dewi, apa yang kamu katakan
itu?”. Liana tidak mengerti apa yang di ucapkan kawannya. Namun Dewi tidak
menjawab pertanyaan Liana. Dewi langsung meninggalkan Liana begitu saja. Tanpa
ada sedikitpun rasa bersalah. Dan Liana sudah biasa menghadapi hal seperti ini.
Namun dalam batin Liana tetap timbul
perasaan tidak enak. Mengapa kawannya sendiri seperti itu.
“Aku
berbuat apa padanya?” Pikirnya.
Ia
bertanya pada Sinta, “Dewi kenapa ya, Sin”. Gumamnya
“Sudahlah
jangan kamu pikirkan. Yang penting kamu tidak membuat masalah dengannya. Dia
memang orangnya seperti itu. Biarkan saja. Abaikan saja”. Jawab Sinta
Namun Liana tetap belum bisa tenang
mendengar ucapan Sinta, kawannya itu.
“Ya
Allah, berikan lindungan-Mu kepadaku. Bantu aku untuk mengubah sikap dewi
menjadi yang lebih baik. Hindarkan mulut ini dari perkataan yang bisa menyakiti
perasaan orang lain. Biarkan kata-kata Dewi tadi menjadi penguat imanku
terhadap-Mu”. Do’anya dalam hati. (Oleh
: Mamik Apriliana)
![]() |
“ Kita tidak mungkin menghilangkan kebiasaan buruk.
Tanpa mengganti dengan kebiasaan baik . Kesabaran adalah tanda bahwa engkau
percaya Allah sedang menyusun kebaikan padamu “
(Oleh : Mamik Apriliana)
semoga bermanfaat
BalasHapus