Terlalu Kawatir
Hari minggu yang cerah, tampak Deni dan Boby sedang bercanda sambil
bermain bola di depan rumah. Hari itu mereka mendapat undangan makan malam ke
sebuah rumah di seberang desa. Untuk mencapai tempat tersebut mereka harus
menyebrangi sebuah jembatan rapuh yang sudah nyaris rubuh. “Bob, gimana ini.
Kita nanti berangkat atau tidak? Pasti sia-sia kalau tidak hadir” Tanya Deni
sambil menendang-nendang bola. “Sebenarnya aku ingin sekali mendatangi acara
itu, namun bagaimana dengan jembatan itu?” Jawab Boby
Hari semakin siang. Namun mereka
belum juga mempunyai keputusan antara datang atau tidak. Di tengah kegelisahan
mereka saling berdebat untuk membuat keputusan itu. “Den, mendingan kita tidak
usah datang. Nanti kalau waktu menyebrang tiba-tiba jembatannya rubuh gimana?
Kita akan mati “ usulan Boby penuh dengan kawatir. Lalu deni menjawab “Benar
juga kata kamu, mendingan kita tidak usah datang. Kita masak yang banyak aja
sendiri di rumah” . “Siap Den” saut Boby
Sesuai dengan kesepakatan yang telah
dibuat, mereka mulia menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasaknya. Mulai dari
jenis-jenis ikan laut, daging, sayuran, buah-buahan semua telah mereka siapkan
dengan memakan biaya yang tidak sedikit. Mereka juga sudah mulai mencicil
memasak. Mengupas bawang merah, bawang putih, menghaluskan bumbu dan lain-lain.
Semua itu meraka lakukan sejak siang. . Walaupun meraka laki-laki yang masih
muda, tapi kepandaian memasaknya tidak bisa diragukan lagi. Akhirnya tepat
pukul 17.00 semua makanan telah siap untuk dihidangkan. Mereka menata
makanannya di meja makan dengan sangat rapi.
Tiba-tiba dilihatnya dari kaca
jendela. Banyak sekali kawan-kawan mereka yang berondong-bondong menuju ke
seberang desa. Salah satu kawannya mampir kerumahnya untuk mengajak mereka
berangkat “Boby, Deni, ayo berangkat. Nanti kita bisa terlambat kalau tidak
segera, hari juga sudah mulai gelap” Teriak kawannya. Kemudian boby membuka
pintu rumahnya dan berkata” Kami tidak ikut “. Kawannya sangat tercengang
mendengar jawaban itu. “Lho, kenapa kamu tidak datang. Acaranya sangat besar
lo. Disana juga banyak sekali makanan. Coba deh kalian fikir kembali “Terang
kawannya
Deni pun tiba-tiba keluar dari rumah
dan menerangkan “Kami tidak ikut. Kami takut dengan jembatan itu”. “Takut
kenapa?” kawannya penasaran. “Pokoknya kami takut, sudahlah kalau kamu ingin
kesana cepat berangkat. Nanti kamu terlambat. Dan hati-hati ketika menyebrangi
jembatan. Kami tadi dirumah sudah masak banyak kok. Kami rasa itu sudah sangat
cukup banyak untuk makan malam kami berdua”Penjelasan dari boby. “Ya sudah kalau
begitu, aku pergi dulu ya. Nanti kalau aku sudah pulang aku akan mampir kesini lagi”
Kata kawannya. “Baik kawan” Jawaban serentak Boby dan Deni.
Setalah kawannya pergi, mereka pun
menuju meja makan untuk menikmati hidangan yang telah meraka siapkan sejak
awal. Sambil menikmati makan malamnya mereka mengobrol dengan penuh
kegelisahan. “Bagaimana mereka nanti? Bagaimana jika saat mereka melewati
jembatan rapuh itu tiba-tiba jembatannya rubuh?” Kata Deni kepada boby. “Iya,
aku juga memikirkan itu. Aku tidak mau kehilangan meraka” Jawab Boby. Seiring
berjalannya waktu mereka merasa kenyang namun makanan yang ada di meja makan
masih sangat banyak. Mereka memutuskan untuk menyimpan makanan yang masih ke
lemari es untuk persediaan besok. Dilanjutkan mereka duduk di teras rumah
sambil menunggu kawan mereka pulang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00,
namun belum ada satupun kawan mereka yang pulang lewat depan rumahnya.
Tak lama kemudian, “Hay Den, hay Bob” seru kawannya. “Wahh, kalian
sudah pulang”Tanya boby . “Iya bob, tadi seru sekali lo acaranya, banyak sekali
yang datang”jawab kawannya . “Kamu dan kawan-kawan lainnya tidak apa-apa kan? “
Tanya Deni penuh kawatir . “Apa sih maksud kamu Den, dan kalian tadi takut apa?”
Kawannya merasa bingung . “Kami takut dengan jembatan menuju ke seberang Desa
itu. Waktu itu kami melihat kondisinya sangat buruk, bahkan hampir rubuh
diterjang arus air sungai”Deni menerangkan . “Kapan kalian terakhir kesana?”
Tanya kawannya. “Sekitar 6 bulan yang lalu” Jawab Boby dan Deni serentak.
“Ha ha ha ha, bodoh sekali kalian kawan, jembatan itu sudah diperbaiki
sejak 2 bulan yang lalu. Kini kondisinya sangat baik, jadi tidak perlu ada
kekawatiran ketika melewatinya”Kawannya sedikit meledek. “Jadiiiiiiiiiiii, ahh
rugi dong kita Den. Kita juga sudah masak terlalu banyak, sampai-sampai
makanannya tidak habis. Ini gara-gara kamu Den, mengajak aku masak sendiri
dirumah sampai berlebihan seperti ini” Boby menyesal dan menyalahkan. “Tapi kan
tadi kamu yang usul untuk tidak datang ke acara itu” Deni tidak mau kalah.
Akhirnya terjadi perdebatan dan saling menyalahkan antara Boby dan
Deni. Mereka sangat menyesal setelah tau bahwa jembatan yang mereka maksud kini
sudah diperbaiki. “Sudahlah, kalian jangan mempermasalahkan yang sudah terjadi.
Jadikan saja sebagai pelajaran. Kita tidak perlu terlalu kawatir terhadap suatu
masalah, kita coba lihat dan lakukan dulu. Sekiranya mampu dan tidak beresiko
kita lanjutkan, tapi kalau sekiranya beresiko baru kita hentikan. Jangan
membuat keputusan sebelum benar-benar tau kondisinya. Kesempatan juga tidak
akan datang untuk kedua kalinya” Kawannya mendinginkan kondisi.
Boby dan Deni pun akhirnya menyadari kesalahan meraka. Mereka sudah
terlalu kawatir. Padahal yang mereka lihat adalah yang sudah lama. Dan belum
mengetaui kondisi yang terbaru. Dengan penuh penyesalan mereka mengatakan
“Baiklah. Tapi tidak akan lagi kawatir yang terlalu berlebihan. Kesempatan
benar-benar tidak datang untuk yang kedua kali “
TAMAT
Oleh : Mamik Apriliana
Halo,
BalasHapusPerkenalkan, Nama saya Wenny
Saya adalah development dari ForexMart, Kami melihat website anda dan kami ingin mendiskusikan kerjasama kemitraan dengan Anda.
Boleh saya minta kontaknya untuk menjelaskan lebih lanjut atau anda bisa langsung menghubungi saya ke wenny@forexmart.com, terimakasih
titanium white dominus | TITIA NIGERIA, Romania
BalasHapusThe bronze หารายได้เสริม dominoes titanium trimmer of titanium athletics TITIA NIGERIA, Romania. A set of pillars used ford fusion titanium containing titanium cup a large piece of metal, bronze and gold.